SuaraGarut.id - Budi Hermawan, seorang guru honorer berusia 43 tahun, warga Rancabango, Kecamatan Tarogong Kaler, Garut, Jawa Barat, menjalankan usaha pembuatan tusuk sate dengan omzet puluhan juta perbulannya.
Sulitnya masa pandemi membuatnya banting setir menjadi pengusaha tusuk sate.
Menurutnya pasar dalam negri mengenai kebutuhan tusuk sate dan sumpit justru dipenuhi produk luar.
"90 persen masih diimpor dari Cina, hanya 10 persen baru disuplai produksi dalam negeri," Ujarnya dari Kampung Babakan Loa, Desa Karyamukti Kecamatan Banyuresmi.
Baca Juga:5 Ide Kegiatan Ngabuburit Seru Buat Mahasiswa, Dijamin Gak Bikin Boring
Menurutnya beragam produk olahan yang muncul di kalangan masyarakat meningkatkan kebutuhan tersebut dengan pesat.
"Sate jelas sejak dulu, kini muncul tahu bulat, cibay, cilok, bakso ikan dan lainnya, semuanya menggunakan penusuk" rincinya.
Bersama rekannya yang sesama Guru, Budi memulai usaha membuat tusuk sate sejak tahun 2020 lalu.
Budi menggunakan jenis bambu betung, bambu ikat hingga bambu temen berusia tua, suplainya ke Pasar Ciawitali dan Semarang pun masih belum memenuhi permintaan.
Akibat tingginya permintaan pasar, ratusan ribu tusuk sate mampu ia produksi tanpa mengendap di gudang.(*)
Baca Juga:Baik untuk Jantung, Ini 6 Manfaat Kacang Tanah untuk Kesehatan Tubuh
Editor: Farhan