SUARA GARUT - Mantan Wakil Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, Denny Indrayana, sekali lagi menghebohkan publik dengan mengunggah sebuah artikel berjudul "Cawe-Cawe Jokowi" dan arah koalisi calon presiden (capres) pada pemilihan presiden (pilpres) 2024.
Artikel tersebut menjadi viral di media sosial setelah diposting pada Senin, 5 Juni 2023 di akun twitter @dennyindrayana.
Dari pantauan garut.suara.com, setidaknya sampai Senin malam, cuitan Denny Indrayana sudah mencapai 223 ribu tayangan, 542 kali di retweet, dan 23 kutipan.
Menariknya dalam artikel, Denny Indrayana mengklaim bahwa pada saat itu, kata "cawe-cawe" belum begitu populer dan menjadi tren seperti sekarang.
Baca Juga:Iqlima Kim Dipolisikan Razman Nasution dengan Tuduhuan Beri Keterangan Palsu di Kasus Hotman Paris
Ia menuturkan bahwa awalnya, Presiden Joko Widodo menolak disebut sebagai "cawe-cawe" ketika berada di pertokoan Sarinah.
Setelah bertemu dengan forum Pemimpin Redaksi, Presiden Jokowi akhirnya mengakui bahwa dirinya tidak akan bersikap netral dan "cawe-cawe" dalam Pilpres 2024.
"Paparan ini saya buat sebagai ikhtiar, untuk menjaga agar Pilpres 2024 tetap berjalan Jujur dan Adil. Saya sadar betul apa yang saya tulis akan membuat tidak nyaman beberapa kalangan, khususnya Presiden Jokowi dan para pendukungnya," tulis Denny Indrayana di paragraf awal artikelnya dikutip garut.suara.com, Senin 5 Juni 2023.
Dalam artikel tersebut, Denny Indrayana menjelaskan secara rinci bagaimana konsep "cawe-cawe" diimplementasikan melalui sembilan strategi penting yang diambil oleh Presiden Jokowi.
Namun, Denny Indrayana juga mencatat bahwa karena dinamika politik yang terus berubah, pasangan calon presiden kemungkinan dapat berubah.
Baca Juga:Klausul Rilis Ditebus, Alexis Mac Allister Selangkah Lagi Berkostum Liverpool
Dalam artikelnya, ia menuliskan bahwa Jokowi awalnya berkeinginan agar Ganjar Pranowo berpasangan dengan Sandiaga Uno.
Namun, setelah deklarasi resmi, niat tersebut terhambat oleh Perjanjian Politik antara Megawati Soekarnoputri dan Ganjar Pranowo, yang memperkuat dominasi Megawati dalam menentukan calon wakil presiden (cawapres), bahkan komposisi kabinet.
Artikel tersebut juga membahas soal ketidaksesuaian hari deklarasi Ganjar Pranowo dalam hitungan kalender Jawa yang dianut oleh Jokowi.
"Itu hari yang buruk menurut hitungan kalender Jawa," tulis Denny Indrayana dalam artikelnya.
Menanggapi dinamika tersebut, Jokowi mulai mengalihkan dukungannya ke Prabowo Subianto, termasuk mempertimbangkan Erick Thohir sebagai calon wakil presidennya.
Meskipun Prabowo juga mempertimbangkan Mahfud MD sebagai representasi Nahdlatul Ulama (NU), tetapi masih menghadapi kesulitan tanpa dukungan dari partai politik.
Dengan berbagai pertimbangan dan dinamika politik yang terus berubah, publik akan terus memantau perkembangan lebih lanjut terkait arah koalisi capres 2024 dan siapa yang akan menjadi pasangan Jokowi pada pemilihan presiden mendatang. (*)
Editor: Firman