SUARA GARUT - Dosen Departemen Gizi Kesehatan FKKMK UGM, Dr. Mirza Hapsari Sakti Titis Penggalih, S.Gz., M.P,H., RD, mengimbau masyarakat untuk tidak melewatkan sarapan pagi.
Menurutnya, kebiasaan ini tidak hanya berdampak pada tubuh dan otak dalam jangka pendek, tetapi juga memiliki ancaman jangka panjang yang berpotensi menyebabkan penyakit serius, terutama penyakit jantung.
Dilansir dari laman Universitas Gadjah Mada (UGM) dikutip garut.suara.com, Dr. Mirza menjelaskan bahwa orang yang sering melewatkan sarapan pagi memiliki risiko lebih tinggi terkena penyakit jantung koroner.
Hasil dari riset yang telah berlangsung selama 16 tahun menunjukkan bahwa orang dalam rentang usia 45-82 tahun yang melewatkan sarapan memiliki risiko yang lebih tinggi terkena jantung koroner.
Baca Juga:Gelar RUPST, Bentoel Internasional Investama Tekankan Pencapaian Bisnis dan ESG
"Dari riset ini, kita dapat melihat bahwa risiko tersebut bukanlah hal yang sepele," ungkap Dr. Mirza.
Selain meningkatkan risiko penyakit jantung koroner, kebiasaan melewatkan sarapan juga dapat memicu obesitas, yang pada gilirannya akan meningkatkan kemungkinan munculnya penyakit lain.
Ketika seseorang melewatkan sarapan, rasa lapar yang tinggi akan membuatnya makan berlebihan dan tidak terkontrol pada siang atau malam harinya.
"Mereka cenderung memilih makanan cepat saji yang tinggi lemak, yang dapat menyebabkan diabetes, hipertensi, dan serangan jantung," Paparnya.
Selain itu, melewatkan sarapan juga dapat meningkatkan risiko terkena kanker. Hal ini disebabkan oleh ketidakseimbangan metabolisme dalam tubuh akibat kurangnya asupan nutrisi penting.
Baca Juga:Bersama Kades Se-Jateng, Ganjar Kebut Target Penurunan Kemiskinan Ekstrem
Gangguan metabolik ini dapat menyebabkan kelebihan atau kekurangan zat-zat yang diperlukan oleh sel-sel tubuh, sehingga meningkatkan risiko terkena kanker.
Selanjutnya, melewatkan sarapan juga dapat menurunkan fungsi otak dan meningkatkan risiko terjadinya penurunan kognitif, termasuk demensia.
"Sarapan harus menjadi kebiasaan yang dijaga dan diperbaiki, karena dampaknya akan terasa dalam jangka panjang. Hal ini membuat kita rentan terhadap masalah kesehatan yang terkait dengan penyakit tidak menular, yang merupakan salah satu penyebab kematian tertinggi di dunia," tegas Dr. Mirza. (*)
Editor: Farhan